Nim : 201704010020
Semester 1
QIRO’ATIL QUR’AN
LAM DAN RA'
Dosen Pengampu : Drs.ZAINAL ABIDIN,M.Pd.I
DI SUSUN OLEH :
»AHMAD AKHIRUDIN
»ANI NURLAILI
»M.IQBAL MAULANA MACHFUD
»M.NUR HUDA
»RO’ISATIN
»TANJUDAN SUKMAWINATA
»TAUFIQ ROFIQIMUBIN
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
DARUL ULUM JOMBANG
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami haturkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ULUMUL QUR’AN yang berjudul “HUKUM
LAM DAN RA“ ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Junjungan kita Rasulullah SAW yang mana telah membawa kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada para
pembaca kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah yang kami
buat selanjutnya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi kami.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan
pengetahuan didalam lembaran ini.
Jombang, 28 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................i
DAFTAR ISI
...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH
.......................................................................................2
C. TUJUAN MAKALAH
..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
QIRA’AT SAB’AH ........................................................................................................3
A. PENGERTIAN QIRA’AT
SAB’AH........................................................................3
B. LATAR
BELAKANG TIMBULNYA PERBEDAAN QIRA’AT ..........................4
C. DASAR HUKUM
.................................................................................................5
D. MACAM-MACAM QIRA’AT
..............................................................................5
E. HIKMAH MEMPELAJARI
QIRA’AT ...............................................................10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
.........................................................................................................11
2. Daftar Pustaka
....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Makalah ini kami buat khusus nya untuk para remaja muslim yang gemar
membaca Al Qur’an agar mereka dapat lebih berhati-hati lagi dalam membaca Al
Qur’an khusus nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.karena pada kehidupan nyata
sehari-hari sangat banyak di jumpai seseorang yang membaca Al Qur’an dengan
asal- asal an,padahal sudah pasti jika seseorang salah sedikit saja dalam
membaca Al Qur,an maka akan dapat merubah makna sesungguh nya dari Al Qur’an
itu sendiri,oleh sebab itu dengan kami buat nya makalah ini di harap kan dapat
memperbaiki cara baca seseorang dalam membaca Al Qur’an lebih baik lagim,khusus
nya dalam HUKUM BACAAN LAM DAN RA.
B. Rumusan masalah
1. Ada berapa macam hukum
bacaan lam dan ra?
2. Pada bagian apa makhrojul
huruf lam dan ra ?
3. Apa perbedaan hukum bacaan
lam dan ra menurut qiraah sab’ah?
C. Tujuan
· Agar kita mampu memahami
dengan detail hukum bacaan Ra dan Lam dari sudut pandang hukum tajwid,mahrojul
huruf,perbedaan qira’ah sab’ah dan i’lal perubahan kata nya
· Mampu membaca huruf Ra dan
Lam sesuai dengan otopsi dan kaidah nya
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Hukum
tajwid
Memahami Hukum Bacaan Lam Jalalah Dan Ra’
Bacaan Lam Jalalah | Hukum Bacaan Lam
Jalalah dan ra merupakan bentuk hukum bacaan dalam Ilmu tajwid yang perlu untuk
kita pelajari . Lalu apakah yag di maksud dengan lam jalalah ? ada berapa macam
lam jalalah ? Dan apakah yang dimaksud dengan hukum bacaan ra sukun? apa saja
yang termasuk di dalamnya ? mungkin diantara kita masih ada yang bertanya –
tanya . Pada kesempatan kali ini , kita akan mempelajari keduanya.
Pengertian Hukum Bacaan Lam Jalalah
Alif lam jalalah yaitu hukum bacaan lam dalam lafadz Allah ( الله ) dalam Al-
Qur’an . Yang artinya utuk mengagungkan Allah swt .
Cara membaca Alif lam jalalah yaitu :
1. Tafkhim
2. Tarqiq
A. Lam Jalalah Tafkhim
Lam jalalah tafkhim yaitu lam jalalah yang di baca tebal .
Ciri – ciri lan jalalah tafkhim :
a. Berada di awal kalimat
contoh :
- Dalam QS. Al- Ihlas ayat 2
- Dalam QS.Al- Baqarah ayat 255
b. Lafadz Jalalah setelah huruf yang
berharakat fathah .
Contoh :
- Dalam QS. Al- Ihlas ayat 1
c.
Lafadz Jalalah berada setelah huruf yag berharakat domah
Contoh
:
- Dalam QS. AL- Humazah ayat 6
B. Lam Jalalah Tarqiq
Lam
jalalah tarqiq yaitu lam jalalah yang dibaca tipis .
Ciri
– ciri lam jalalah tarqiq yaitu lam jalalah yang huruf sebelumnya berharakat
kasrah .
Contoh
dalam bacaan :
“ Bismillah
“
Membaca
Lam secara tafkhim atau tebal yaitu hanya pada lam jalalah . Sedangkan pada
lafadz yang lain walaupun sebelumnya diawali dengan huruf fathah ataupun domah
. Akan tetapi , cara bacanya yaitu tarqiq atau tipis .
Hukum Bacaan Ra’
Dalam
ilmu tajwid hukum bacaan ra dibagi menjadi dua , yaitu Ra tafkhim dan Ra
tarqiq
1.Bacaan Ra’ yang dibaca Tafkhim ( tebal )
Ciri
– cirinya :
a.
Apabila ra berharakat fathah
b.
Apabila Ra berharakat Damah
c.
Apabila Ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah
d.
Apabila Ra berharakat sukun dan huruf sebelumnya berharakat damah
e.
Apabila ada ra sukun atau ra mati dan huruf sebelumnya berharakat kasrah
aridhah atau kasrah bukan asli yaitu kasrah yang terdapat pada hamzah wasal ,
tetapi diwasalkan sehingga hamzah itu tidak terbaca .
f.
Apabila ada ra sukun yang huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf
sesudahya adalah huruf isti’la yang tidak berharakat kasrah .
g.Huruf
Ra sukun yang diwaqafkan , dan huruf sebelumnya adalah huruf yang
berharakat fathah
h.
Huruf Ra sukun yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang
berharakat domah
i.
Huruf Ra sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf alif
j.
Huruf Ra sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf wawu
k.
Huruf Ra sukun yang diwaqafkan , yang huruf sebelumnya adalah huruf berharakat
sukun dan diawali oleh huruf yang berharakat fathah
l.
Huruf ra sukun yang di waqafkan , yang huruf sebelumnya adalah huruf berharakat
sukun dan diawali dengan huruf yang berharakat domah
Contoh
bacaan ra tafkhim :
2. Hukum Bacaan Ra Tarqiq ( tipis )
Ciri – ciri bacaan ra
tarqiq :
a.
Apabila huruf Ra berharakat kasrah atau kasrah tain
b. Apabila Ra sukun didahului
oleh huruf yang berharakat kasrah dan sesudahnya bukan huruf isti’la ( huruf
yang di baca tebal )
c. Apabila Ra berharakat damah
atau damahtain dan huruf sebelumnya berupa Ya sukun dan Ra tersebut di waqafkan
.
Contoh bacaan ra tarqiq :
3. Hukum Bacaan Ra tafkhim dan tarqiq
Ciri – ciri ra yang
dibaca tafkhim dan tarqiq :
a. Apabila ra sukun di dahului
oleh huruf berharakat kasrah dan huruf sesudah huruf ra terdapat huruf
isti’la yang berharakat kasrah atau kasrahtain
b. Apabila ada Ra sukun didahului
oleh huruf yang berharakat kasrah dan sesudah ra terdapat huruf isti’la yang
tidaj berharakat kasrah .
Contoh bacaan ra yang di baca
tafkhim dan tarqiq :
بِحِرْصٍ , مِرْصَادٌ
Demikian penjelasan mengenai
hukum bacaan lam jalalah dan hukum bacaan ra. Semoga dengan penjelasan yang
sesingkat ini , dapat bermanfaat . Dan dapat sedikit untuk mengurangi dan
memperbaiki bacaan – bacaan kita dalam membaca Al-qur’an . Ami
Hukum Bacaan Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhain + Contoh
Huruf hijaiyah ketika bertemu ra itu
ada 3 hukum bacaan yaitu Tafkhim ( Tebal ) Tarqiq ( Tipis ) dan jawazul wajhain
( Boleh tebal boleh tipis ). Namun ada syarat tersendiri mengapa kok ra' bisa
dibaca seperti 3 model seperti itu. Oleh karena itu mari kita bersama - sama
muthala'ah tentang hukum tajwid bacaan ra'. Agar tajiwd kita dalam
membaca Al-Qur'an itu benar.
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat hehhehe.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Hukum bacaan ra sukun tanpa kita sadari ternyata kita telah mempelajarinya pada waktu duduk dibangku sekolah dasar , namun karena sangking lamanya kita tidak mengulangi jadi wajar deh , kalau kita lupa , akan tetapi berbeda lagi ceritanya , meskipun kita tidak pernah mempelajarinya secara terus menerus tetapi setiap membaca Al-Qur'an langsung di praktekan ilmu tajwidnya , maka dengan sendirinya kita akan ingat terus sampai akhir hayat hehhehe.
Tanpa panjang lebar mari kita belajar hukum ra' , tapi sebelumnya alangkah baiknya jika kita melihat terlebih dahulu , skema hukum ra sebagai berikut ;
Pengertian Bacaan Ra' Tafkhim Contoh dan Cara
Membacanya
Tafkhim menurut bahasa adalah tebal ,
sedangkan menurut istilah Tafkhim (تَفْخِيْمُ)adalah menebalkan
huruf tertentu dengan cara mengucapkan huruf tertentu dengan cara mengucapkan
huruf di bibir (mulut) dengan menjorokkan ke depan (bahasa Jawa mecucu).Cara
membacanya yaitu dengan bibir sedikit kemuka atau monyong.
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
Ra' Wajib hukumnya dibacal tebal ( tafkhim ) manakala:
- Ra bertanda baca fathah. Contoh:
رَحْمَةَ اللهِ، حَشَرَةٌ،
اَلرَّحِيْمِ، اَلْفُقَرَآءَ
- Ra bertanda baca dammah. Contoh:
اَ ْلاَخْيَارُ، كَفَرُوْا، اُذْكُرُوا
اللهَ، رُفِعَتْ
- Ra bertanda sukun (mati), sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang difathah. Contoh:
مَرْحَبًا، نَرْزُقُكُمْ، مَرْيَمُ،
قَرْيَةٍ
- Ra bertanda suku, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang didammah. Contoh:
ذُرِّيَّةً، قُرْبَةً، عُرْيَانًا،
حُرْمَةً
- Ra yang bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berupa huruf yang dikasrah, namun kasrah ini bukan asli tetapi baru datang. Contoh:
اِرْجِعِيْ، اِرْحَمْ، اِرْجِعُوْا، اَمِ ارْتَابُوْا
- Ra bertanda baca sukun, sedang huruf di belakangnya berharakat kasrah asli dan sesudah ra bertemu dengan huruf isti’la (حَرْفُ اِسْتِعْلاَءٍ) yang terdapat tujuh huruf yang terkumpul pada kalimat: <خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ Contoh:
يَرْضَاهُ، فُرْقَةٌ،
لَبِالْمِرْصَادِ، قِرْطَاسٌ
Pengertian Bacaan Ra' Tarqiq Contoh dan Cara
Membacanya
Menurut bahasa Tarqiq
(تَرْقِيْقٌ) adalah tibis sedangkan menurut istilah Tarqiq (تَرْقِيْقٌ)
adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara atau bacaan tipis.
dan Cara membacanya yaitu dengan menarik bibir sedikit mundur
sehingga agak meringis.
Ra' wajib dibaca
tarqiq apabila ;
- Huruf ra’ itu sendiri di baca kasroh, contoh: فَرِ يْقٌ فِي ا لْجَنَّةِ
- Huruf ra’ di baca sukun dan terletak setelah huruf yang di baca kasroh, Dan sesudahny a bukan huruf isti’la’, contoh فِرْ عَوْ نَ مِرْ يَةٍ
- Apabila dalam keadaan waaf atau di waqafkan, sedangkan huruf sebelumumnya bertanda baca kasrah. Contoh هُوَ ا لْكَا فِرُ مِنْ نَا صِرٍ تَسْتَكْثِرُ Atau dalam keadaan waqaf atau di waqafkan, sedangkan di antara Huruf ra dengan huruf yang bertanda baca kasrah terdapat huruf bertanda baca sukun, contoh: باِ لسِّحْرِ
- Apabila dalam keadaan di waqafkan, sedang huruf sebelumnya huruf ya ,Yang bertanda baca sukun, contoh: ,وَ اِ لَي ا لله ِا لْمَصِيْرُ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Hukum Bacaan Ra' jawazul wajhain Beserta Contohnya
jawazul
wajhain ( جواز الـوجـهـيـن ) secara bahasa artinya boleh wajah dua , sedangkan menurut
istilah jawazul wajhain adalah ra yang boleh dibaca tafkhim (tebal)
atau tarqiq (tipis). Jika ada ra sukun didahului oleh huruf berharakat kasrah
sesudahnya ada huruf isti’la bearharakat kasrah . (huruf isti’la’ yang
dikasrah + رْ + ـِـ ) .contohnya :مِنْ عِرْضِهِ
- بِحِرْصٍ
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
Itulah 3 hukum bacaan Ra' yang terdiri dari Ra' Tafkhim, Tarqiq dan jawazul wajhainyang dilengkapi dengan contoh dan syarat - syaratnya yang dapat saya bagikan kepada sobat sekalian yang ingin mempelajari ilmu tajwid tentang bab ra' . Semoga artikel ini dapat membantu sobat memhami lebih dalam tentang ilmu
tajwid
, cukup sekian dari saya Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
2. Makhorijul Huruf
A.PENGERTIAN
Makhorijul huruf adalah
merupakan tempat keluarnya huruf dalam melafalkan
huruf al-Qur’an. Pengertian makhraj dari segi bahasa adalah tempat keluar.
Sedangkan dari segi istilah makhraj diartikan tempat keluarnya huruf.
Mengetahui tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyyah adalah sangat penting karena
hal ini menjadi dasar dalam melafadkan huruf hijaiyyah secara benar.
Pengertian di atas dapat
dipahami bahwa makhraj merupakan tempat keluarnya huruf-huruf yang sudah
ditentukan yaitu uruf hijaiyyah, dimana dalam membaca al-Qur’an makhorijul
Qur’an harus diketahui dan benar-benar dipahami dalam rangka untuk menciptakan
bacaan al-Qur’an yang baik dan benar.
Makhorijul Huruf ditinjau dari
morfologi berasal dari Fi’il Madhi “خَرَجَ ” yang berarti “Keluar ”.
Kemudian diikutkan wazan “مَفْعَل ٌ ” yang bershighat isim makan menjadi “مَخْرَجٌ ”
yang berarti “Tempat Keluar ”. Bentuk jama’nya adalah “مَخَارِجُ
الْحُرُوْفِ ” yang berarti “Tempat-Tempat Keluar Huruf ”. Jadi
“Makhorijul Huruf ” adalah “Tempat-Tempat Keluarnya Huruf ”.
Secara bahasa Makhraj artinya
: مَوْضِعُ الْخُرُوْج ِ , yang berarti tampat keluar .
Sedangkan menurut istilah , Makhraj adalah : اِسْمُ لِلْمَحَلِّ الَّذِى
يُنْشَاءُ مِنْهُ الْحَرْفُ , suatu nama tempat yang pada huruf
dibentuk (diucapkan).
Pengertian di atas memiliki
pengertian yang sama dengan defenisi sebelumnya, dimana Makhorijul Huruf adalah
tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf-huruf itu dibunyikan.
Ketika membaca al-Qur’an,
setiap huruf harus dibunyikan sesuai dengan Makhrajnya . Kesalahan dalam
pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada
bacaan yang sedang dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat
menyebabkan kekafiran apabila dilakukan dengan sengaja. Kesalahan Makhraj yang
menyebabkan berubahnya arti misalnya Ha’ (ح ) pada lafaz “الرَّحِيْم
ُ ” yang artinya “Maha Penyayang ” pada kalimat basmalah yang terbaca Kha’
“الرَّخِيْم ُ” (خ ) yang artinya “Suara Merdu ”. Maka jauhlah
artinya dari apa yang dikehendaki Allah swt.
Tiap-tiap huruf hijaiyah mempunyai tempat
keluarnya masing-masing dari bagian-bagia mulut tertentu. Tempat keluar huruf
ini dinamakan Makhraj. Makhraj huruf ini dapat dikelompokkan atas:
1.
Kelompok huruf-huruf
Halqiah (Tenggorokan)
2.
Kelompok huruf-huruf
Lahawiyah (Tekak)
3.
Kelompok huruf-huruf
Syajariah (Tengah Lidah)
4.
Kelompok huruf-huruf
Asaliyah (Ujung Lidah)
5.
Kelompok huruf-huruf
Dzalaqiyah (Pinggir Lidah)
6.
Kelompok huruf-huruf
Nith'iyah (Langit-langit Mulut)
7.
Kelompok huruf-huruf
Litsawiyah (Gusi)
8.
Kelompok huruf-huruf
Syafawiyah (Bibir)
. Huruf - huruf Dzalaqiyah
Huruf-hurufnya adalah: lam, nun dan ra.
( ل ، ن ، ر )
Huruf lam ( ل ) makhrajnya adalah di
ujung lidah sejajar dengan gusi atas.
Huruf ra ( ر ) makhrajnya adalah di
ujung lidah, sedikit di bawah makhraj nun.
3.Qira'ah Sab'ah
Tentang
Sejarah dan latar belakang Qira'ah Sab'ah
Al Qur'an Yang Agung
Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.Dalam sejarah pemeliharaan Al Qur'an dimasa Sahabat,Tabi'in dan Tabi'it Tabi'in,ada beberapa lahjah,pembacaan dan dialek yang berbeda dalam pengucapan kata kata maupun kalimat dalam membaca Al Qur'an diantara suku suku atau qabilah qabilah Arab.Diantara lahjah lahjah bahasa Arab yang mashur ialah Lahjah lahjah Quraisy,Hudzail,Tamim,Asad,Rabi'ah Hawazin dan Sa'ad.Yang dalam tarikh melahirkan Qira'ah Sab'ah (tujuh) yang termashur itu.
Latar Belakang Qira’ah Sab’ah
1. Ta’rifnya
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
هو يعرف به كيفه ا لنطق في ا لكلما ت القران نيه وطر يقه ا دا تها انفا قا واختلا فا معا عرفكلوجه لنا قلها
Artinya yaitu suatu ilmu tentang tata cara mengucapkan ayat-ayat Al Qur’an baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seorang Imam Qira’at.
Qira’at adalah bentuk ucapan (pengucapan) kalimat Al Qur’an yang di dalamnya termasuk perbedaan-perbedaan dialektis yang bersumber dari Rosululloh SAW.
Tiap-tiap Qiraat yang disandarkan pada seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda-beda dalam rangka untuk membaguskan bacaannya. Dari sini dapat dikatakan bahwa Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk peengucapan, dialektika sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik.
B. LATAR
BELAKANG TIMBULNYA PERBEDAAN QIRA’AT
Beberapa faktor yang melatar
belakangi timbulnya perbedaan qira’at diantaranya yaitu :
- Perbedaan syakkal, harokat atau huruf. Karena mushaf mushaf terdahulu tidak menggunakan syakkal dan harokat, maka imam-imam qira’at membantu memberikan bentuk-bentuk qira’at.
- Nabi sendiri melantunkan berbagai versi qira’ah didepan sahabat-sahabatnya. Seperti dalah suatu hadis:
“Dari umar bin khathab, ia berkata, “aku mendengar hisyam bin hakim membaca
surat al-furqon di masa hidup rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba
ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan rasulullah kepadaku,
sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan.
maka, aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan
aku katakan kepadanya, ‘siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu?’
ia menjawab, ‘rasulullah yang membacakannya kepadaku. lalu aku katakan
kepadanya, ‘kamu dusta! demi Allah, rasulullah telah membacakan juga kepadaku
surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu. kemudian aku bawa dia menghadap
rasulullah, dan aku ceritaan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini
membaca surat al-furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau
bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat al-furqon
kepadaku. maka rasulullah berkata, ‘lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat
tadi wahai hisyam!’ hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti
kudengar tadi. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu diturunkan.’ ia berkata
lagi, ‘bacalah, wahai umar!’ lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana
diajarkan rasulullah kepadaku. maka kata rasulullah, ‘begitulah surat itu
diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka
bacalah dengan huruf yang mudah bagimu di antaranya.’” (HR Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir)
3. Adanya pengakuan nabi (takrir) terhadap berbagai
versi qira’ah para sahabatnya.
4. Perbedaan riwayat dari para sahabat nabi menyangkut
bacaan ayat-ayat tertentu.
5. Karen perbedaan dialek (lahjah) dari berbagai unsur
etnik dimasa nabi.
TOKOH QIRAAH
a. Nafi’ bin Abdurrahman (w.169 H.) di Madinah
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim
Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy, asalnya dari Isfahan. Dengan
kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah.
Beliau wafat pada tahun 169 H. Perawinya adalah Qalun wafat pada tahun 12 H,
dan Warasy wafat pada tahun 197 H.
Syaikh Syathiby mengemukakan: “Nafi’
seorang yang mulia lagi harum namanya, memilih Madinah sebagai tempat
tinggalnya. Qolun atau Isa dan Utsman alias Warasy, sahabat mulia yang
mengembangkannya.
b. Ashim bin Abi Nujud Al-asady (w. 127 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu
Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah
Abu Bakar, ia adalah seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di
Kufah. Kedua Perawinya adalah; Syu’bah wafat pada tahun 193 H dan Hafsah wafat
pada tahun 180 H.
Kitab Syathiby dalam
sya’irnya mengatakan: “Di Kufah yang gemilang ada tiga orang. Keharuman mereka
melebihi wangi-wangian dari cengkeh Abu Bakar atau Ashim ibnu Iyasy
panggilannya. Syu’ba perawi utamanya lagi terkenal pula si Hafs yang terkenal
dengan ketelitiannya, itulah murid Ibnu Iyasy atau Abu Bakar yang diridhai.
c. Hamzah bin Habib At-Taymy (w. 158 H.) di Kufah
Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu
Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang bekas hamba ‘Ikrimah
ibnu Rabi’ at-Taimy, dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh, wafat di Hawan pada masa
Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 158 H. Kedua perawinya adalah Khalaf wafat
tahun 229 H. Dan Khallad wafat tahun 220 H. dengan perantara Salim.
Syatiby mengemukakan: “Hamzah
sungguh Imam yang takwa, sabar dan tekun dengan Al-Qur’an, Khalaf dan Khallad
perawinya, perantaraan Salim meriwayatkannya.
d. Ibnu amir al- yahuby (w. 118 H.) di Syam
Nama lengkapnya adalah Abdullah
al-Yahshshuby seorang qadhi di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul
Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. Dia adalah seorang tabi’in, belajar
qira’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari
Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H. Orang yang menjadi
murid, dalam qira’atnya adalah Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
Dalam hal ini pengarang Asy-Syathiby
mengatakan: “Damaskus tempat tinggal Ibnu ‘Amir, di sanalah tempat yang megah
buat Abdullah. Hisyam adalah sebagai penerus Abdullah. Dzakwan juga mengambil
dari sanadnya.
e. Abdullah Ibnu Katsir (w. 130 H.) di Makkah
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad
Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di
Makkah, ia adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat Abdullah
ibnu Jubair. Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik, dia wafat di Makkah pada
tahun 130 H. Perawinya dan penerusnya adalah al-Bazy wafat pada tahun 250 H.
dan Qunbul wafat pada tahun 291 H.
Asy-Syathiby mengemukakan: “Makkah
tempat tinggal Abdullah. Ibnu Katsir panggilan kaumnya. Ahmad al-Bazy sebagai
penerusnya. Juga….. Muhammad yang disebut Qumbul namanya.
f. Abu Amr Ibnul Ala (w. 154 H) di Basrah
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr
Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry, sorang guru besar pada rawi. Disebut
juga sebagai namanya dengan Yahya, menurut sebagian orang nama Abu Amr itu nama
panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H. Kedua perawinya adalah
ad-Dury wafat pada tahun 246 H. dan as-Susy wafat pada tahun 261 H.
Asy-Syathiby mengatakan: “Imam
Maziny dipanggil orang-orang dengan nama Abu ‘Amr al-Bashry, ayahnya bernama
‘Ala, Menurunkan ilmunya pada Yahya al-Yazidy. Namanya terkenal bagaikan sungai
Evfrat. Orang yang paling shaleh diantara mereka, Abu Syua’ib atau as-Susy
berguru padanya.
g. Abu Ali Al- Kisa’i (w. 189 H) di Kufah
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu
Hamzah, seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan,
menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa
pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy
ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawinya adalah Abul Harits wafat pada tahun 424 H, dan ad-Dury wafat tahun
246 H.[3]
4.Ilmu Shorof
ومعني"الله"->الإله،
واله بمعني مألوه اي معبود، لكن حذفت الهمزة تخفيفا لكثرة الإستعمال
الرمحن، اصله رحما، من فعل ثلث المجرد صحيح، رحم-يرحم
رحما،والنون عود عن التنوين. ليجعله معرفة
رحم يرحم رحما، فهو راحم وذاك مرحوم، ارحم لاترحم،
مرحم، مرحم
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu tadwid adalah ilmu yang membahas tata
cara mengucapkan setiap huruf dari tewmpat keluarnya serta memberikan haq dan
mustahaq dari sifat-sifatnya,dalam hal ini kami menyoroti lebih detail lagi
yaitu huruf ro dan lam,sehingga nantinya dapat mengantarkan menjadi pedoman
membaca al quran yg baik dan benar yang dalam istilah ilmu al quran di sebut
tartil.kami mencoba menyajikan sedetail mungkin dari aspek sudut pandang ilmu
tajwid,mahkkrijul huruf,perbedaan menurut imam yg tujuh atau qiroah sabah,dan
dari sudut pandang perubahan kaliamat dari hukum yang berkaitan.
Dafatar
Pustaka
Tajwid Pengarang KH. Imam Zarkasyi, Qa’idah
bagaimana mestinya membaca Al Qur’an untuk pelajaran permulaan, Diterbitkan
oleh TRIMURTI PRESS Gontor Ponorogo
Dicetak oleh
percetakan TRIMURTI d.a Komplek Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur.
Qiro’ati Pengarang KH. Dahlan Salim Zarkasyi,
Diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin Semarang
Shorof Kitab
amtsilati tasyrifiah, Pengarang Syekh Muhammad Maksum bin Ali Diterbitkan
oleh Al Madinah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar